Kulkul di Bali adalah benda yang sakral,
sehingga dibuatkan sebuah tempat khusus yang menjulang tinggi agar suaranya
dapat menggema ke seluruh penjuru mata angin. Demikian juga dengan
keberadaannya yang tinggi, maka kesakralannya dan kesuciannya terjaga. Kulkul
berfungsi sebagai tanda, sebagai pemberi pesan, sebagai pemanggil, dll. sesuai
dengan kesepakatan dari masyarakat yang menggunakan kulkul tersebut.
Jenis kulkul di Bali ada beberapa macam
yakni kulkul pura, kulkul bale banjar, kulkul puri, kulkul seka seperti seka
subak, seka teruna, seka tuak dll.
Kulkul pura adalah kulkul yang ada di
pura serta digunakan dan dibuyikan ketika ada kegiatan upacara di pura.
Kulkul puri adalah kukul yang ada di
puri (istana), difungsikan lebih pada kegiatan bersifat kemasyarakatan di puri,
upacara adat puri atau odalan di merajan puri. Bahkan dahulu, kukul di puri
digunakan sebagai sirine raja untuk
memberitahukan sesuatu kepada rakyatnya seprti ada kejadian adanya serangan
musuh, atau ketika mau berangkat perang. Atau ketika ada penobatan seorang
raja, dll.
Kulkul bale banjar sifatnya lebih umum
dan lebih serba guna, karena menyangkut dalam berbagai kehidpuan sosial kemasyarakatan
baik adat maupun agama. Demikian juga untuk memberikathukan kepada semua warga
banjar ketika terjadi panca baya
seperti kebakaran, banjir, orang mengamuk, dll.
Kulkul seka lebih bersifat khusus dalam
penggunaannya seperti kulkul subak untuk memberitahukan kepada para petani
untuk rapat, berkumpul atau hal lainnya. Demikian juga dengan kulkul seka yang
lain seperti seka teruna yang digunakan
sesuai dengan kebutuhan dan kesepakatan dari seka teruna.
Mengenai bentuk kulkul ada
bermacam-macam, namun yang jelas kulkul yang dibutuhkan adalah buyinya, bukan
bentuknya. Kalau bentuknya memang ada yang bebrbentu manusia, ada yang
berbentuk rangda, selain bentuk yang umum bulat panjang biasa. Kulkul dilihta
dari jenisnya ada dua yakni kukul lanang wadon atau laki perempuan. Karena
konsep di bali adalah konsep ardanareswari,
konsep kiwa tengen serta konsep rwabineda yakni dua hal yang tak
sejatinya tunggal atak dapat dipisahkan dalam keseimbangan dunia. Sehingga
dengan demikian dikenal dengan kulkul
lanang dan kulkul wadon. Kukul
lanang biasanya lebih besar dan lebih besar, sedangkan kulkul wadon lebih
ramping dan lebih pendek. Dari ukuran ini kemudian memunculkan bunyi yang juga
bebeda yakni yang lanang suaranya lebih besar dan menggema dibandingkan dengan
yang wadon bunyinya lebih kecil, nadanya lebih tinggi. Seperti halnya suara
manusia laki dan perempuan.
Sebagai sebuah benda sakral dalam
filosofi Hindu Bali, maka kulkul memiliki dewa pengayom (dewan kulkul) yakni
Sang Hyang Iswara, sebagai dewa suara / bunyi. Beliau dipuja sebagai pemberi
kekuatan pada kulkul dalam prabawa sebagai Sang Kala Genter (untuk kukul
lanang) dan Sang Kala Gentar untuk kukul wadon. Dengan demikian kukul adalah
benda sakral tenget dan suci, sehingga penggunaannya tak ssembarangan. Dimana sebelum
kulkul dibuat, didahului dengan mencari dewasa ayu (hari baik) untuk membuat kulkul,
lalu ketika sudah jadi, maka dilakukan upacara penyucian dengan pemlaspas, serta dimohonkan kekuatan
gaib dengan upcara pasupati. Sehingga
dengan demikian kulkul menjadi suatu benda yang sakral serta memiliki kekuatan
gaib. Oleh karena itu tak jarang kukul menunjukkan kejadian-kejadian aneh di
luar nalar manusia alias tenget.
Mengenai bahan kulkul ada beracam-macam.
Pada umumnya dibuat kulkul dari kayu ketewel atau nangka, dan ada pula terbuat
dari kayu intaran. Mana yang lebih bagus? Ini tergantung selera masyarakat
pemakianya. Kalau kayu ketwel sifatnya lebih mudah mendapatkan bahannya,
sedangkan suaranya mungkin terdengar lebih katos dan memerlukan waktu beberapa
tahun untuk mendapatkan suara yang sesuai dengan keinginan. Sedangkan kayu
intaran lebih sulit didapat namun suaranya lebih nyaring dan suaranya lebih
stabil tak berubah-ubah.
Seni kulkul terletak pada bentuk kulkul,
terletak pada tinggi dan kemegahan dari bale kulkul, bunyi kulkul, serta tata
membunyikan kulkul. Mengenai tata cara membunyikan kulkul atau dalam bahasa
balinya nepak kulkul mesti dilakukan
dengan ketentuan tertentu. Seseorang yang akan nepak kukul mesti memohon ijin
dahulu kepada dewan kulkul yakni Sanghyang Isawara dalam parbawa sebagai Sang
Kala Genter dan Sang Kala Gentar.
Adapun tata cara membunyikan kukul
sesuai dengan tujuan, sebagai berikut:
Untuk
tujuan yang biasa seperti untuk acara rapat atau gotong royong, dll. Maka bunyi
kukul adalah sebagai berikut:
Tung….tung,
tung.. - tung,,, tung,,, tung,,, tung,,, tung,,, tung,,, tung,,,
tung,,, tung - tung,tung… tung
Suara
tung yang bergaris bawah di awal dan di akhir artinya mengawali
pemberitahuan dan mengakhiri pemberitahuan
Suara
tung
yang dicetak miring tebal maksudnya adalah sebagai kata pengaksama awal dan suksma
sebagai penutup.
Tung
yang sebanyak sembilan di tengah adalah permakluman kepada seluruh krama yang
berlokasi di sembilan penjuru mata angin agar mendengar pemberitahuan ini.
Boleh
juga tung yang ditengah bisa dipersingkat menjadi empat kali yang maknanya
adalah pemberitahuan kepada semua warga yang ada di empat penjuru mata angin
yakni timur, selatan, barat dan utara agar mendengar pemberitahuan ini.
Dari
tujuan ini, apabila kemudian yang
diharapkan dipanggil adalah krama lanang, maka kulkul yang dibunyikan adalah
kukul lanang. Apabila yang diharapkan adalah krama perempuan, maka yang dibunyikan
adalah kukul wadon. Apabila yang diinginkan untuk dipanggil adalah krama laki
dan perempuan, maka kulkul yang dibuyikan adalah keduanya secara bergantian
dari yang lanang dahulu baru ykemudian ang wadon dengan model pukulan yang sama.
Dengan demikian dari jenis suara kukul serta model bunyi kulkul bisa diketahui
kepada siapa suara kulkul itu ditujukan.
Apabila ada kejadian khusus seperti panca baya, seperti kebakaran maka suara kulkul bulus ngempang, yakni suara
kulkul dalam tempo yang cepat, lama, dan tak putus putus. Sebagai berikut:
Tung, tung,
tung, tung, tung, tung, tung,…….. dalam waktu tertentu sampai masyarakat
semua keluar rumah ikut membantu. Hal yang sama juga untuk bencana alam lainnya
seperti gempa, gunung meletus, banjir, dan tradisi nepak kukul saat bulan kepangan atau gerhana bulan /
matahari, dengan keyakinan agar sang kalarahu cepat melepas bulan / matahari
sehingga dunia tidak kegelapan.
Apabila ada orang mengamuk atau ada serangan
msuh, maka suara kulkul bulus nerugtug kerungah rungah. Panik, tergesa-gesa
dan terengah engah. Sebagai berikut:
Tung, tung,
tung, tung, tung,…… tung, tung, tung,
tung, tung,…… tung, tung, tung, tung, tung, …. Dengan
tempo cepat, menirukan kondisi pikiran dari orang yang nepak kulkul yakni dalam
keadaan panik, ketakutan, tergesa-gesa, dan terengah-engah.
Apabila
ada acara kematian maka bunyi kulkul hanya tiga kali yakni tung….. tung …… tung….
Suara kulkul untuk ngerupuk adalah kulkul mecandetan, saling bersahutan
dilakukan oleh banyak orang dengan irama tertentu sesuai dengan semangat dan seni
masing-masing. Artinya tak ada pakem yang baku, yang penting ramai dan gaduh
sesuai dengan tujuan pengrupukan untuk mengusir bhuta kala.
Apabila suara kukul pura bersuara banban yakni pelan dan temponya teratur,
berarti ada odalan di pura atau Ida Betara sedang dihaturkan pujawali, Ida
Betara Memargi, atau ida betara nyejer. Demikian
juga dengan kukul puri beruara banban
menandakan ada suatau kegiatan adat dan agama di puri.
Sedangkan bunyi kukul seka subak, seka
turna, dan seka lainnya tak ada aturan yang baku, namun lebih pada kesepakatan
diantara seka pengguna kulkul tersebut sebagai alat pemanggil.
Bebanyolan
tentang suaran kukul
Karena suara kulkul dinilai suatu yang
unik maka banyak bebanyolan yang muncul berkaitan dengan suara kukul. Bebanyolan
ini sejatinya muncul dari realitas yang terjadi di masyarakat, sehingga krama
yang usil dan jail menerjemahkannya dalam bebanyolan seperti yang kerap
terlontar di masyarakat.
Munyin
kulkul banjar tung tung tung artinya
krama banjar diberitahukan untuk rapat menghitung keuntungan.
Munyin
kulkul pura tung tang tung tang …
semua krama tedun pedek tangkil untuk menghaturkan bhakti saat odalan, lalu besoknya
krama pengempon parum lagi untuk menghitung
utang untuk membiayai odalan
Kulkul
seka truna berbunyi tuk tuk tuk …. Suara
kulkul seka truna agak katos dan tak
menggema, sebab sekaa teruna sekarang untuk keluar dan sangkep ke banjar sangat
katos alias sulit keluar. Dan gema sekaa teruna sekarang sudah tak sebesar dulu.
Ada apa?
Kulkul
subak, munyin kulkul wus atau beser alias
bocor dan bunyinya tuh tuh tuh tuh…. Artinya banyak dari sawah sawah yang
sekarang tak dapat air dan menjadi tuh,
karena saluran air di hulu sudah diblokir oleh pengembang perumahan sehingga
subak yang ada di hilir / teben airnya seret, sehingga menjadi tuh, tak bisa
bertani, yah airnya lebih baik tanah dijual.
Kulkul
puri saat ini bunyi seperti bunyi kayu kemasukan air. Suaranya bedu yakni dep dep dep dimana ada sebagian warga
puri saat ini suka ngadep atau jual
tanah warisan.
Kulkuldi
rumah tek.. tek tek… artinya kulkul dengan sikut di ketek, yakni dimana ada orang mebat
disana pasti hadir, alias Ampi, asal
makan pasti ikut.
Kulkul
pejabat bunyinya besar dan menggema dengan bunyi dum dum dum dum, artinya
selalu ngedum atau membagi uang.
Haaaa.aa
Inilah
adalah bebanyolan yang kerap nyerocos spontan di tengah tengah masyarakat,
sehingga tak perlu ditanggapi. Karena semua bebanyolan tak akan pernah ada
dasarnya.
(Ki
Buyut)
Menarik.. Suksma penjabarannya.. Ulian tiang mangkin dadi prajuru.. Perlu masi nawang..
ReplyDelete