Masih ingat kejadian mobil sedan
yang menyerempet seorang kakek di sebuah gang? Kali ini ceritanya lain lagi, di
mana teknologi leak-nya sudah semakin
canggih yakni menjadi sebuah pesawat terbang. Mengapa leak bisa meniru bentuk atau wujud seperti kapal terbang atau
benda-benda canggih modern, hanya untuk
menyakiti bahkan membunuh orang lain? Sebenarnya apa tujuan mereka (para
penganut ilmu hitam) membunuh mangsanya? Mengapa kemampuan itu tidak digunakan
untuk kebaikan misalnya menjadi kapal terbang atau mobil untuk membantu
mengangkut keluarga ke suatu tempat, dll?
Apakah karena dendam pribadi atau ada tujuan lain, sehingga orang-orang
tak berdosa menjadi korban? Benarkah kata orang bahwa membunuh orang itu adalah
wajar dan satu syarat untuk meningkatkan ilmunya? Terlepas dari kepercayaan
itu, di Bali sering kali kejadian-kejadian di luar nalar dihubung-hubungkan
dengan leak.
Nang Lepug dari Denpasar Utara
mengalami hal tersebut. Ceritanya adalah demikian, pada suatu malam seperti
biasa Nang Lepug pergi mengairi sawahnya. Dia pergi sendirian sampai larut
malam, hingga pukul 4 pagi karena pada waktu itu musim air agak seret sehingga
harus bergilir mendapatkan air. Karena kebetulan sawah Nang Lepug berada paling
ujung (hilir), maka ia mendapat jatah paling belakang. Seperti biasanya Nang
Lepug ditemani oleh anjingnya yang bernama I Sempol.
Malam itu Nang Lepug bersama I Sempol
sedang asyik mengairi sawah sambil mencari lindung
dan kakul. Sudah banyak lindung dan kakul yang ia punggut dari sawah. Hari pun semakin malam, semakin
sunyi, dan semakin dingin. Namun, Nang Lepug dengan sabar menanti sampai
petak-petak sawahnya yang telah ditanami padi terairi. Tak seorang pun krama subak dan petani yang ada di sawah ketika itu. Mereka sudah lebih
dulu pulang karena sudah mendapatkan air. Tinggal Nang Lepug dan I Sempol di
tengah sawah yang gelap dan dingin. Langit agak berawan sehingga tak ada
bintang atau bulan yang kelihatan ketika malam itu.
Di kegelapan tersebut Nang Lepug melihat
sebuah nyala api yang dari jauh terlihat seperti cahaya lampu. Nang Lepug
mengira bahwa itu adalah orang yang sedang nyundih
(mencari lindung). Namun, setelah
beberapa saat api itu menjadi semakin dekat dengannya, dan seraya terdengar
suaranya seperti kapal terbang yang bergerak ke arahnya. Ketika itu Nang Lepug
tak begitu peduli karena memang sering terlihat pesawat terbang melintas di
atas pada malam hari.
Namun, apa yang terjadi kemudian?
Lampu pesawat tersebut semakin rendah dan semakin mendekat ke arahnya. Kapal
itu menyambar Nang Lepug, tetapi Nang Lepug sempat berkelit sehingga terhindar
dari tabrakan kapal terbang tersebut. Nang Lepug menjadi heran, kok ada kapal terbang melintas serendah
itu. Anehnya, kapal tersebut berbalik arah kembali menuju Nang Lepug yang masih
terheran-heran. Nang Lepug dan I Sempol kembali menghindar dan berlari
sebisanya dari kejaran dan sambaran kapal terbang. Sampai puntag-pantig ia berlari dan seolah-olah kapal terbang itu masih
berada di belakangnya. Sampai akhirnya, dengan terengah-engah Nang Lepug yang
dibuntuti oleh I Sempol sampai di dekat rumah penduduk terdekat. I Sempol
menggonggong tak henti-hentinya, sebagai pertanda ada makhluk aneh yang
dilihatnya. Penduduk pun banyak yang terbangun mendengar keteb-keteb kaki Nang Lepug berlari disertai dengan gonggongan
suara I Sempol yang disahuti oleh anjing kampung. Suasana menjadi ramai dan
mencekam. Ketika itulah Nang Lepug menceritakan kejadian yang dialaminya kepada
Nang Pangus.
“Itulah kehebatan leak, dia bisa berwujud apa saja sesuai dengan kemauannya,dan
sesuai dengan tingkatan ilmu yang dimilikinya. Mungkin nanti akan ada bentuk leak yang lebih canggih lagi seperti
pesawat ulang-alik, berbentuk tank tempur, mobil formula satu, dll. Tapi sayangnya, kemampuan itu hanya
biasa dipakai untuk menakuti orang lain. Coba saja itu bisa dipakai untuk hal
yang baik seperti mengangkut orang barang, atau membantu yang lain, pastilah
aku dengan rajin ikut belajar ngeleak,”
kata Nang Pangus sedikit tertawa menyudahi perbincangannya yang ternyata kruyuk ayam telah terdengar sebagai
pertanda menjelang pagi.
Nang Lepug dan I Sempol pun kembali ke
rumah. Semenjak itu Nang Lepug merasa tidak enak badan. Sekujur tubuhnya terasa
sakit. Ia tak bisa bergerak dengan leluasa. Nang Lepug sudah dicarikan obat ke
berbagai tempat yang diketahui oleh sanak keluarganya. Namun semua itu belum
dapat membantu menyembuhkan sakit Nang Lepug yang disambar leak kapal terbang.
Anehnya, jika seseorang tertabrak
benda keras seperti kapal terbang seharusnya babak belur, tetapi badan Nang
Lepug tidaklah begitu. Badan Nang Lepug masih terlihat utuh, tetapi ketika
seorang balian datang untuk memeriksa
dan mengetesnya dengan menggunakan yeh
nyuh gading (air kelapa kuning), tampaklah badan Nang Lepug kebiruan. Ini
sebagai pertanda bahwa badannya yang sakit itu karena imbas dari kekuatan leak kapal terbang yang menyambarnya
beberapa hari lalu.
Akhirnya, keluarga Nang Lepug mencoba
untuk nunas tamba kepada orang-orang
pintar yang diketahuinya. Nang Lepug rajin nunas
tamba, walaupun belum begitu tampak hasil pengobatannya. “Semoga lekas
sembuh Kak Lepug……”, mungkin demikian kata hati I Sempol yang saat itu
sehat-sehat saja tak terkena imbas ilmu leak
kapal terbang. Haaa…haaa… ( Ki Buyut).
No comments:
Post a Comment